Lentera Indonesia - Kepak Sayap Garuda di Mancanegara Lebanon
Lentera Indonesia - Kepak Sayap Garuda di Mancanegara Lebanon
Kisah ini menceritakan tentang peristiwa di Lebanon, Juli 2006 peperangan antara militer Israel dan kelompok bersenjata Hisbullah. Libanon, Israel Utara dan dataran tinggi Golan berkecampuk bising oleh dentuman misil, yang menandakan peperangan sedang dimulai dan berlanjut selama 34 hari yang mengakibatkan satu persatu nyawa warga sipil melayang dengan sia-sia, setidaknya kurang lebih sekitar 1000 nyawa warga sipil melayang.
Setelah proses negosiasi antar dua belah pihak, lalu dewan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri kekerasan di Lebanon. Dalam pengamanan di Lebanon, Indonesia juga ikut membantu serta mendukung tentara Lebanon dan mendapat mandat dalam mengamankan keamanan di Lebanon. Salah satu tugas utama kontingen Indonesia adalah menjaga Blue Line, yaitu adalah garis khayal yang berfungsi sebagai batas negara Lebanon, garis khayal ini di buat pada tahun 2000 sebagai tanda peringatan bagi Israel jika mereka terlalu jauh memasuki wilayah Lebanon.
Dalam mengamankan keamanan di Lebanon, Indonesia juga melaksanakan tugas wajib patroli yang selalu rutin diadakan di sepanjang wilayah Acit Al Kusain di Lebanon Selatan dengan menggunakan kendaraan tempur berupa mobil lapis baja dan persenjataan lengkap. Kendaraan tempur buatan Indonesia ini sudah sesuai dengan standar operasi UNIFIL. Pada saat berpatroli, Indonesia selalu berkoordinasi dengan kontingen dari negara-negara lain.
Selain menjaga perdamaian, misi kemanusiaan juga menjadi tujuan utama bagi kontingen Garuda di Lebanon. Dua minggu sekali, kontingen Garuda rutin menggelar pelayanan kesehatan gratis secara umum di tenda medis. Tim medis Garuda dipimpin oleh Dr. Lettu Arnov Reira Eriska. Karena warga Lebanon menggunakan bahasa Arab dan Prancis untuk berkomunikasi, peran penerjemah tidak bisa lepas dari tim medis Garuda. Karena tim penerjemah lah yang menjadi kunci komunikasi untuk membantu sampaikan keluhan pasien dan sebaliknya, tim medis menejermahkan diaknosa dokter dan cara mengkonsumsi obat.
Obat-obatan yang tersedia di tenda medis dibawa langsung dari Indonesia. Obat-obatan ini didapat dari kerjasama pemerintah dan sejumlah rumah sakit nasional. Harga obat di Lebanon sangatlah mahal, sehingga tak terhitung warga datang demi meminta obat dalam jumlah yang besar.
Dalam memberikan rasa aman terhadap warga lokal, kontingen Indonesia selalu berkunjung ke rumah warga lokal demi menjaga komunikasi dan hubungan yang baik. Adanya penjagaan dari pasukan internasional, diharapkan mampu memberi rasa tentram pada warga lokal. Setiap kali berkunjung, anggota Satgas Garuda dijamu dengan aneka makanan masakan lezat khas Lebanon dan diiringi dengan obrolan yang hangat serta canda tawa dengan semua anggota keluarga. Bagi warga lokal, kontingen Indonesia sudah dianggap sebagai keluarga baru bagi mereka.
Kedekatan kontingen garuda dengan warga lokal juga dibina melalui kegiatan olahraga futsal yang selalu dilaksanakan setiap minggu di desa Kaferkila. Selain mempererat hubungan kekeluargaan, latihan olahraga futsal ini juga digunakan oleh kontingen garuda untuk mengusir kejenuhan setelah menjalani tugas berat sehari-hari.
Meski berada di jazira Arab, islam bukanlah agama agama satu-satunya di Lebanon. Agama kristen termasuk agama yang berkembang di negara ini, sehingga memudahkan anggota kontingen garuda dalam beribadah bagi yang beragama kristen. Setiap minggu pagi, umat kriste melaksanakan kegiatan ibadah di gereja kawansan Marjayun, yang dilaksanakan menggunakan bahasa Arab sehingga kegiatan ibadah ini menjadi suatu pengalaman yang pertama kali di alami oleh anggota kontingen garuda.
Jelang malam di Lebanon adalah puncak kerinduan pada orang-orang tersayang di tanah air. Rasa lelah kerinduan dapat di obati sementara dengan bantuan koneksi internet nirkabel, hanya saja perbedaan 4 jam antara Indonesia dan Lebanon cukup merepotkan.
Pada malam hari, keseruan muncul ketika kontingen garuda memberikan kejutan kepada salah satu rekan yang sedang berulang tahun dengan cara mengerjainya. Sesudah mengerjai yang bertambah usia, seluruh anggota kontingen melaksanakan makan bersama dan bernyanyi karoke, yang bertujuan untuk mempertebal kekompakan serta menepikan rindu akan kampung halaman.
Setelah hampir setahun mengabdikan diri, kini saatnya kerja keras kontingen Indonesia diganjar. PBB melalui UNIFIL mengadu gerakan medali kehormatan kepada kontingen garuda. Pada saat merayakannya, acara tersebut digelar dengan kegiatan upacara megah di markas satgas Indobat di distrik 71 Acit Alkusair. Dimomen ini, kontingen Indonesia mengadakan atraksi bela diri yang diperankan oleh tentara perempuan Indonesia, sebagai gambaran bahwa peran perempuan kontingen garuda tak bisa dipandang dengan sebela mata. Atraksi marching band dan atraksi senjata juga sukses memukau seluruh tamu, inilah cara untuk menunjukan kebanggaan sebagai kontingen Indonesia, rasa banggapun menyeruak ketika bendera Indonesia berkibar gagah dan sejajar dengan bendera PBB dan bendera Lebanon. Kebanggaan semakin memuncak saat jajaran komandan satuan tugas di kontingen menyematkan medali kehormatan. Penat, jenuh, dan pengorbanan selama setahun seakan terbayar lunas. MERDEKA!
Sumber:
Chanel You Tube: Lentera Indonesia - https://www.youtube.com/watch?v=3Ckocd0fLeo
Dalam mengamankan keamanan di Lebanon, Indonesia juga melaksanakan tugas wajib patroli yang selalu rutin diadakan di sepanjang wilayah Acit Al Kusain di Lebanon Selatan dengan menggunakan kendaraan tempur berupa mobil lapis baja dan persenjataan lengkap. Kendaraan tempur buatan Indonesia ini sudah sesuai dengan standar operasi UNIFIL. Pada saat berpatroli, Indonesia selalu berkoordinasi dengan kontingen dari negara-negara lain.
Selain menjaga perdamaian, misi kemanusiaan juga menjadi tujuan utama bagi kontingen Garuda di Lebanon. Dua minggu sekali, kontingen Garuda rutin menggelar pelayanan kesehatan gratis secara umum di tenda medis. Tim medis Garuda dipimpin oleh Dr. Lettu Arnov Reira Eriska. Karena warga Lebanon menggunakan bahasa Arab dan Prancis untuk berkomunikasi, peran penerjemah tidak bisa lepas dari tim medis Garuda. Karena tim penerjemah lah yang menjadi kunci komunikasi untuk membantu sampaikan keluhan pasien dan sebaliknya, tim medis menejermahkan diaknosa dokter dan cara mengkonsumsi obat.
Obat-obatan yang tersedia di tenda medis dibawa langsung dari Indonesia. Obat-obatan ini didapat dari kerjasama pemerintah dan sejumlah rumah sakit nasional. Harga obat di Lebanon sangatlah mahal, sehingga tak terhitung warga datang demi meminta obat dalam jumlah yang besar.
Dalam memberikan rasa aman terhadap warga lokal, kontingen Indonesia selalu berkunjung ke rumah warga lokal demi menjaga komunikasi dan hubungan yang baik. Adanya penjagaan dari pasukan internasional, diharapkan mampu memberi rasa tentram pada warga lokal. Setiap kali berkunjung, anggota Satgas Garuda dijamu dengan aneka makanan masakan lezat khas Lebanon dan diiringi dengan obrolan yang hangat serta canda tawa dengan semua anggota keluarga. Bagi warga lokal, kontingen Indonesia sudah dianggap sebagai keluarga baru bagi mereka.
Kedekatan kontingen garuda dengan warga lokal juga dibina melalui kegiatan olahraga futsal yang selalu dilaksanakan setiap minggu di desa Kaferkila. Selain mempererat hubungan kekeluargaan, latihan olahraga futsal ini juga digunakan oleh kontingen garuda untuk mengusir kejenuhan setelah menjalani tugas berat sehari-hari.
Meski berada di jazira Arab, islam bukanlah agama agama satu-satunya di Lebanon. Agama kristen termasuk agama yang berkembang di negara ini, sehingga memudahkan anggota kontingen garuda dalam beribadah bagi yang beragama kristen. Setiap minggu pagi, umat kriste melaksanakan kegiatan ibadah di gereja kawansan Marjayun, yang dilaksanakan menggunakan bahasa Arab sehingga kegiatan ibadah ini menjadi suatu pengalaman yang pertama kali di alami oleh anggota kontingen garuda.
Jelang malam di Lebanon adalah puncak kerinduan pada orang-orang tersayang di tanah air. Rasa lelah kerinduan dapat di obati sementara dengan bantuan koneksi internet nirkabel, hanya saja perbedaan 4 jam antara Indonesia dan Lebanon cukup merepotkan.
Pada malam hari, keseruan muncul ketika kontingen garuda memberikan kejutan kepada salah satu rekan yang sedang berulang tahun dengan cara mengerjainya. Sesudah mengerjai yang bertambah usia, seluruh anggota kontingen melaksanakan makan bersama dan bernyanyi karoke, yang bertujuan untuk mempertebal kekompakan serta menepikan rindu akan kampung halaman.
Setelah hampir setahun mengabdikan diri, kini saatnya kerja keras kontingen Indonesia diganjar. PBB melalui UNIFIL mengadu gerakan medali kehormatan kepada kontingen garuda. Pada saat merayakannya, acara tersebut digelar dengan kegiatan upacara megah di markas satgas Indobat di distrik 71 Acit Alkusair. Dimomen ini, kontingen Indonesia mengadakan atraksi bela diri yang diperankan oleh tentara perempuan Indonesia, sebagai gambaran bahwa peran perempuan kontingen garuda tak bisa dipandang dengan sebela mata. Atraksi marching band dan atraksi senjata juga sukses memukau seluruh tamu, inilah cara untuk menunjukan kebanggaan sebagai kontingen Indonesia, rasa banggapun menyeruak ketika bendera Indonesia berkibar gagah dan sejajar dengan bendera PBB dan bendera Lebanon. Kebanggaan semakin memuncak saat jajaran komandan satuan tugas di kontingen menyematkan medali kehormatan. Penat, jenuh, dan pengorbanan selama setahun seakan terbayar lunas. MERDEKA!
Sumber:
Chanel You Tube: Lentera Indonesia - https://www.youtube.com/watch?v=3Ckocd0fLeo
Komentar
Posting Komentar